Selasa, 07 Oktober 2014

PERTEMUAN KESEPULUH

Pokok-pokok ajaran Kierkegaard

Ia melakukan kritik terhadap Hegel: Karena menurut Kierkegaard ada satu hal yang dilupakan Hegel, yaitu eksistensi menusia individual dan konkret.
Manusia tdk dpt dibicarakan ‘pd umumnya’ atau ‘menurut hakekatnya’, karena manusia pada umumnya tidak ada.
• Yang ada itu adalah manusia konkret yg semua penting, berbeda dan berdiri di hadapan Tuhan. Manusia itu eksistensi.
•Eksistensi berarti bagi Kierkegaard: merealisir diri, mengikat diri dengan bebas, dan mempraktekkan keyakinannya dan mengisi kebebasannya.
• Hanya manusia bereksistensi, karena dunia, binatang dan sesuatu lainnya hanya ‘ada’. Juga Tuhan ‘ada’. Tapi manusia harus bereksistensi, yakni menjadi (dlm waktu) seperti ia (akan) ada (secara abadi).

PERTEMUAN KEDELAPAN

Manusia & Afektivitas, Kebebasan, dan Intelegensi



Manusia dan afektivitasnya

Afektivitas merupakan pembeda manusia dengan makhluk hidup yang lain, membuat manusia "berada" di dunia, berpartisipasi dengan orang lain.

Aktivitas mendorong orang untuk mencintai, mengabdi dan menjadi kreatif. Seluruh kehidupan afektif berputar pada 2 kutub yang bertentangan satu sama lain, mengarah pada obyek karena menyukainya atau berpaling darinya karena menganggapnya buruk.

Bagimana sikap subyek dapat ditentukan secara afektif oleh obyeknya?
Dibedakan "perasaan" dan "emosi", kehidupan afektif memperlihatkan macam-macam cara yang berbeda-beda menurut bagaimana subyek menguasai obyek.

pertemuan ketujuh

BADAN DAN JIWA

Badan dan jiwa adalah satu kesatuan yang membentuk pribadi manusia (membentuk keutuhan pribadi manusia).

Aliran-aliran Teori tentang Badan dan Jiwa ada 2 yaitu, monisme dan dualisme.

Monoisme 

Minggu, 05 Oktober 2014

Pertemuan Keenam



ETIKA DAN MORAL

Haii.. terimakasih buat temen-temen yang udah setia baca blog ini. Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang etika dan moral.
Pengertian Etika

Etika adalah berasal dari kata ethos, berarti kebiasaan.

  • Etika merupakan sistem nilai yang diwariskan secara turun temurun agar manusia menjadi semakin baik.

Dalam moralias, etika merupakan cabang filsafat yang membahas tindakan moral/ menentukan perilaku.

Nilai adalah sesuatu yang berguna bagi seseorang/ berusaha mencapai makna.

Norma merupakan sekumpulan aturan, kaidah, untuk menjadi tolak ukur seseorang mempertanggung jawabkan sikapnya.
Hukum kemudian sebagai sarana untuk mewujudkan etika.

Etika menurut Bertens

1.      Nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Disebut juga sebagai “sistem nilai” dalam hidup manusia perseorangan atau hidup bermasyarakat.
2.    Kumpulan asas atau nilai moral yang juga disebut sebagai kode etik.
3.    Ilmu tentang yang baik atau yang buruk. Artinya sama dengan filsafat moral.

Pembedaan Etika:

Etika Perangai: Adat istiadat atau kebiasaan yang menggambarkan perangai manusia dalam hidup bermasyarakat di daerah-daerah tertentu, pada waktu tertentu pula. berlaku karena disepakati masyarakat berdasarkan hasil penilaian perilaku.

Etika Moral: Berkenaan dengan kebiasaan berperilaku baik dan benar berdasarkan kodrat manusia. Apabila dilanggar timbul kejahatan, yaitu perbuatan yang tidak baik dan tidak benar. Kebiasaan ini berasal dari kodrat manusia yang disebut moral.

Persoalan-persoalan yang muncul dalam etika

Jadi, Etika adalah...

Etika sebagai ilmu

“Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral.”

Etika sebagai kode etik

“Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.”

Etika sebagai sistem nilai

“Nilai mengenai benar-salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat.”

Objek Etika

Objek material adalah suatu hal yang dijadikan sasaran pemikiran, diselidiki, dan dipelajari. Objek material bisa bersifat konkret atau abstrak. (perbuatan sadar dan bebas yang dilakukan)

Objek formal adalah cara memandang atau meninjau yang dilakukan seorang peneliti/ ilmuwan terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya. (memberikan penilaian)


Macam Etika :
1. Etika Deskriptif: berusaha untuk meneropong dan mengkritisasi apa yang terjadi agar berlaku etis
2. Etika Normatif: sesuai dengan kaidah/ norma yang berlaku
3. Etika Fenomenologis: mempelajari secara kritis dan metodis gejala-gejala moral seperti suara hati kesadaran moral, kebebasan, tanggung jawab, norma-norma, dsb.
4. Etika Umum: mempertanyakan prinsip-prinsip dasar yang beraku bagi segenap tindakan manusia.
5. Etika Khusus: membahas hubungan prinsip moral dasar  dengan kewajiban manusia dalam pelbagai lingkup kehidupannya; sifatnya “menerapkan”, etika khusus ini bisa juga dikatakan sebagai “etika terapan”.
-- dibagi lagi menjadi dua bagian :

Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri.
Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota umat manusia.

Tujuan adanya etika

a.      Untuk menyamakan persepsi
b.     Refleksi darj pemikiran kritis
c.      Untuk menjadi contoh bagi generasi selanjutnya
d.     Untuk membuat orang dapat mempertanggungjawabkan perilakunya secara kritis dan rasional

Profesi

§  Pekerjaan yg mengandalkan ketrampilan dan keahlian khusus
§  Pekerjaan yg dilakukan sebagai sumber utama nafkah hidup dg keterlibatan pribadi yg mendalam dalam menekuninya.
§  Pekerjaan yg menuntut pengembangan untuk terus menerus memperbaharui pengetahuan dan ketrampilan sesuai perkembangn teknologi.

Ciri-ciri etika profesi
Punya pengetahuan khusus
Kaidah dan standart moral
Mengabdi pada kepentingan masyarakat
Mempunyai izin praktek
Ikut aktif dalam perkumpulan profesi terkait

Prinsip-prinsip etika profesi

1. Tanggung jawab
... terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya. Ada dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada umumnya.

2. Keadilan.
Memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.

3. Otonomi.
Setiap kaum profesional memiliki dan di beri kebebasan dalam menjalankan profesinya.

Kode Etik
•Kode etik yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja.
(Penting) 8 Tujuan Kode Etik

1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para  anggota.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
8. Menentukan baku standarnya sendiri.


Aliran-aliran
Etika mengkritisi aliran-aliran dibawah ini:
1. Eudomonisme: memanusiakan manusia. Manusia berada diatas aturan, membela hak/ kehidupan manusia.
2. Hedonisme: memanjakan penampilan fisik/ tubuh. Mementingkan kenikmatan dan kepuasan belaka.
3. Egoisme: selalu mementingkan diri sendiri
4. Utilitarisme: mengedepankan kegunaan/ apa yang terlihat berarti dalam hidup. Mengesampingkan hal yang mempunyai makna tetapi secara implisit.
5. Deontologis: hal mengenai kewajiban moral


Persoalan-persoalan dalam etika
a. Apa yg dimaksud “baik” atau “buruk” secara moral.
b. Apa syarat2 sesuatu perbuatan dikatakan baik secara moral?
c. Bagaimana hubungan antara kebebasan kehendak dengan perbuatan susila.
d. Apa yg dimaksud kesadaran moral?
e. Bagaimana peranan hati nurani dalam setiap perbuatan manusia?
f. Bagaimana pertimbangan moral berbeda dari dalam bergantung pada suatu pertimbangan yang bukan moral.


Etika dalam praktek
1. Pro life vs pro choice
Pro life adalah yang mementingkan hati nurani/ perasaan.
Pro choice adalah yang mementingkan pilihan, mau mengambil resiko
2. Etika individu- hal individu dengan dirinya
3. Etika sosial- hubungan individu dengan induvidu lain
4. Bioetika

Perbedaan

Moralitas- mengajarkan secara langsung "inilah cara anda melangkah"

Etika membantu manusia bertindak otonom agar memiliki keputusan yang berasal dari diri sendiri

Etiket adalah hal yang bersifat lahiriah, apa yang terlihat, tata cara bagaimana berperilaku, dan relatif sesuai tempat dan waktu tertentu

Moral adalah tingkah laku yang biasa dan pantas untuk dilakukan, menyangkut hal di dalam diri.

Etiket vs Etika
Etiket bersifat relatif; etika jauh lebih bersifat absolut.

Etiket hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja; etika menyangkut manusia dari segi dalam.


Moral
Merupakan norma yang kemudian dirumuskan dalam bentuk perintah dan larangan untuk menata sikap batin dan perilaku lahiriah.

= Moral filosofis- mendasarkan penalaran, akal budi
= Moral teologis- merupakan dogma-dogma yang dijabarkan

pertemuan kelima

SILOGISME
Silogisme adalah suatu simpulan dimana dari dua putusan (premis-premis) disimpulkan suatu putusan yang baru. Terdapat 2 macam silogisme, yaitu silogisme kategoris dan silogisme hipotesis

SILOGISME KATEGORIS
Adalah silogisme yang premis dan simpulannya adalah putusan kategoris (pernyataan tanpa syarat)
Contoh        : M-P Perbuatan jahat itu haram.
                S-M Menghina itu adalah perbuatan jahat.
                S-P Maka, menghina itu haram
Silogisme kategoris tunggal merupakan yang mempunyai dua premis, terdiri atas 3 term subjek (S), Predikat (P), Menengah (M). Bentuk-bentuk silogisme kategoris tunggal yakni:
*       M adalah S dalam premis mayor dan P dalam premis minor.
*       M jadi P dalam premis mayor dan minor.
*       M menjadi S dalam premis mayor dan minor.
*       M adalah P dalam premis mayor dan S dalam premis minor.

Silogisme kategoris majemuk merupakan silogisme yang premis-premisnya sangat lengkap, lebih dari tiga premis. Adapun jenis-jenis dari silogisme kategoris majemuk, yaitu:
*       Epicherema: Silogisme yang salah satu atau kedua premisnya disertai alasan.
*       Enthymema: Silogisme yang dalam penalarannya tidak mengemukakan semua premis secara eksplisit.
*       Polisilogisme: Deretan silogisme dimana simpulan silogisme yang satu menjadi premis untuk silogisme yang lainnya.
*       Sorites: Silogisme yang premisnya lebih dari dua. Premis itu dihubungkan satu sama lain sehingga predikat dari premis satu jadi subjek premis berikutnya.

Hukum silogisme kategoris :
1.   Silogisme tidak boleh mengandung lebih dari tiga term (S, M, P)
2.   M tidak boleh masuk dalam kesimpulan, karena M berfungsi mengadakan perbandingan dengan term-term.
3.   Term S dan P dalam simpulan tidak boleh lebih luas dari premis-premisnya.

FALLACIA (KESESATAN PEMIKIRAN)
Fallacia adalah kesalahan pemikiran dalam logika, bukan kesalahan fakta, tetapi kesalahan atas kesimpulan karena penalaran yang tidak sehat.
Terdapat 2 klasifikasi Fallacia, yaitu kesesatan formal dan kesesatan informal.
Kesesatan formal, adalah pelanggaran terhadap kaidah dan logika.
Kesesatan informal, adalah kesesatan yang menyangkut kesalahan dalam bahasa.

Kesesatan presumsi
a)    Generalisasi tergesa-gesa: Orang Padang pandai memasak.
b)    Non sequitur (belum tentu): Memang saya tidak lulus karena beberapa hari lalu saya berdebat dengan dosen tersebut.
c)    Analogi Palsu: Membuat istri bahagia seperti membuat hewan peliharaan bahagia dengan membelai kepalanya dan memberi banyak makan. (hahahaha)
d)    Penalaran melingkar (petitio principii): Manusia merdeka karena ia bertanggung jawab dan ia bertanggung jawab karena ia merdeka.
e)    Deduksi cacat: Barangsiapa sering memberi sumbangan, maka dia pasti orang baik. Andi pasti orang baik.
f)    Pikiran simplistis: Karena ia tidak beragama, maka ia pasti tidak bermoral.
g)    Menghindari persoalan
h)   Argumentum ad hominem: Kesesatan timbul karena argumentasi dialihkan dari pokok persoalan ke orang atau pribadi. 
i)    Argumentum ad populum: Ditunjukkan kepada orang banyak dengan cara menggugah perasaan mereka supaya menyetujui atau mendukung suatu pendapat atau argumentasi.
j)    Argumentum ad misericordiam: Timbul karena argumentasi dialihkan dari persoalan ke rasa belas kasihan.
k)   Argumentum ad baculum: Terjadi karena ancaman.
l)     Argumentum ad auctoritatem: Timbul karena dukungan argumentasinya didapatkan dari kewenangan.
m)  Argumentum ad ignorantiam: Timbul karena argumentasi didasarkan pada ketidaktahuan.
n)   Argumentum untuk keuntungan  seseorang.
o)    Non causa pro causa: terjadi karena orang telah menentukan penyebabnya.


a)  Kesesatan retoris  

b)    Eufimisme/disfemisme: Pembangkang yang di anggap benar disebut reformator (eufemisme) . Bila tidak di senangi maka disebut anggota pemberontak (disfemisme).
c)    Penjelasan retorik: digunakan untuk mengekspresikan atau mempengaruhi sikap.
d)    Stereotipe: Pemikiran atau pencirian sekelompok orang dengan sedikit bukti atau tanpa bukti sama sekali.
e)    Innuendo: sindiran tidak langsung.
f)    Pertanyaan bermuatan (loading question): Kesesatan pertanyaan bermuatan terjadi kaena dalam pertanyaan diajukan tersirat muatan jawaban.
g)    Weaseler: Metode linguistik untuk keluar dari kesulitan.
h)   Meremehkan (downplay): Upaya untuk membuat seseoang atau sesuatu kelihatan kurang penting atau kurang berarti.
i)    Lelucon atau sindiran: Gaya retorika yang cukup berpengaruh.
j)    Hiperbola: pernyataan yang terlalu berlebihan.
k)   Pengandaian bukti: Ekspresi yang di gunakan untuk memberi kesan atau sugesti.